Minggu, 19 Mei 2013
Cinta, Takut dan Harap Kepada Allah SWT
Oleh: Abu Uzair Boris Tanesia
Ibadah
bukanlah sekedar gerakan jasad yang terlihat oleh mata, namun juga harus
menyertakan yang lain. Sebagaimana seseorang yang sedang melaksanakan sholat,
ia tidak hanya bergerak untuk melaksanakan setiap rukun dan wajib sholat,
tetapi juga harus menghadirkan hati sebagai ruh sholat tersebut. Bahkan jika
seseorang menampakkan kekhusyukan badan dan hatinya kosong dan bermain-main
maka ia terjatuh dalam kekhusyukan kemunafikan.
Ketahuilah, bahwa ibadah seorang
hamba harus dibangun oleh tiga pilar, dan ketiganya harus terkumpul seluruhnya
dalam setiap muslim. Ibadah seseorang tidaklah akan benar dan sempurna kecuali
dengan adanya pilar-pilar tersebut. Bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai
‘rukun ibadah’. Tiga hal itu adalah “cinta, takut dan harap”. Sehingga
seorang salaf berkata,
“Barang siapa beribadah kepada Alloh
dengan cinta saja maka dia seorang zindiq, barang siapa beribadah hanya dengan
khouf (takut) saja maka haruri (khowarij), barang siapa beribadah hanya dengan
rasa harap saja maka dia seorang murji’ dan barang siapa yang beribadah dengan
cinta, takut dan harap maka dia seorang mukmin.”
Cinta
Cinta adalah rukun ibadah yang
terpenting, karena cinta adalah pokok
ibadah. Makna cinta tidak terbatas hanya
kepada hubungan kasih antara dua insan semata, namun sesungguhnya makna dari
cinta itu lebih luas dan dalam. Kecintaan yang paling agung dan mulia di dalam
kehidupan kita ini adalah kecintaan kita kepada Alloh. Dimana jika seorang
hamba mencintai Alloh, maka dia akan rela untuk melakukan seluruh hal yang
diperintahkan dan menjauhi seluruh hal yang dilarang oleh yang dicintainya
tersebut. Cinta kepada Alloh juga mengharuskan membenci segala sesuatu yang
dibenci oleh Alloh. Sesungguhnya apabila ditanyakan kepada setiap muslim “Apakah
anda mencintai Alloh?” maka tentu dia akan menjawab “Tentu
saja”.
Namun pernyataan tanpa bukti
tidaklah bermanfaat. Alloh tidak membutuhkan pernyataan belaka, Dia
menginginkan agar kita membuktikan pernyataan kita “Aku cinta Alloh”.
Oleh karena itulah, Alloh menguji setiap muslim dalam firman-Nya,
“Katakanlah (wahai
muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Ali Imran: 31).
Ya, bukti kecintaan kita kepada
Alloh adalah dengan mengikuti Rasululloh dalam segala hal. Bahkan kecintaan
kita terhadap beliau harus lebih dari kecintaan kita terhadap diri sendiri
dan keluarga. Beliaulah
teladan baik dalam aqidah,
ibadah, akhlak, muamalah dan sebagainya.
Alloh berfirman, “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)
Maka jika kita mencintai Alloh, mari
kita buktikan dengan menjadikan Rasululloh sebagai panutan kita, bukan dengan
menjadikan orang-orang kafir sebagai panutan, walaupun mereka itu populer dan
terkenal seperti artis, selebritis dan semacamnya. Karena sesungguhnya
Rosululloh bersabda
“Seseorang itu akan bersama dengan
orang yang dicintainya (di hari akhirat nanti).” (HR.
Muslim).
Dimana makna dari hadits ini
adalah jika ketika di dunia kita mencintai orang-orang shaleh (seperti para
rosul dan nabi) dan menjadikan mereka teladan, maka di akhirat nanti kita akan
bersama mereka, dan sebaliknya jika ketika di dunia kita mencintai orang-orang
kafir dan menjadikan mereka teladan, maka di akhirat nanti kita pun akan
bersama mereka. Bukankah tempat mereka di akherat merupakan seburuk-buruk
tempat. Duhai, betapa musibah yang
sangat besar!
Takut
Pilar lainnya yang mesti ada dalam
ibadah seorang muslim adalah rasa takut. Dimana dengan adanya rasa takut,
seorang hamba akan termotivasi untuk rajin mencari ilmu dan beribadah kepada Alloh semata
agar bebas dari murka dan adzab-Nya. Selain itu, rasa takut inilah yang juga
dapat mencegah keinginan seseorang untuk berbuat maksiat. Alloh
berfirman,
“(Yaitu) orang-orang yang takut akan
(azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut
akan (tibanya) hari kiamat.” (Al Anbiya: 49)
Rasa
takut ada bermacam-macam, namun yang takutnya seorang muslim ialah takut akan
pedihnya sakaratul maut, rasa takut akan adzab kubur, rasa takut terhadap siksa
neraka, rasa takut akan mati dalam keadaan yang buruk (mati dalam keadaan
sedang bermaksiat kepada Alloh), rasa takut akan hilangnya iman dan lain
sebagainya. Rasa takut semacam inilah yang harus ada dalam hati seorang hamba.
Harap
Pilar berikutnya yang harus ada
dalam ibadah seorang hamba adalah rasa harap. Rasa harap yang dimaksud adalah
antara lain harapan akan diterimanya amal kita, harapan akan dimasukkan surga,
harapan untuk berjumpa dengan Alloh, harapan akan diampuni dosa, harapan untuk
dijauhkan dari neraka, harapan diberikan kehidupan yang bahagia di dunia dan
akhirat dan lain sebagainya. Rasa harap inilah yang dapat mendorong seseorang
untuk tetap terus berusaha untuk taat, meskipun sesekali dia terjatuh ke dalam
kemaksiatan namun dia tidak putus asa untuk terus berusaha sekuat tenaga untuk
menjadi hamba yang taat. Karena dia berharap Alloh akan mengampuni dosanya
yaitu dengan jalan bertaubat dari kesalahannya tersebut dan memperbanyak
melakukan amal kebaikan.
Sebagaimana firman Alloh “Wahai
hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az
Zumar: 53)
Harapan
berbeda dengan angan-angan. Sebagai contoh orang yang berharap menjadi orang
baik maka ia akan melakukan hal-hal yang merupakan ciri-ciri orang baik,
sedangkan orang yang berkeinginan menjadi orang baik namun tidak berusaha untuk
melakukan kebaikan maka orang-orang inilah yang tertipu oleh angan-angan
dirinya sendiri.
Urgensi Cinta, Takut dan Harap Dalam
Ibadah
Ketiga
pilar yang telah disebutkan di atas harus terdapat dalam setiap ibadah seorang
hamba. Tidaklah benar ibadah seseorang jika satu saja dari ketiga hal tersebut
hilang. Seseorang yang memiliki rasa takut yang berlebihan akan menyebabkan
dirinya putus asa, sedangkan jika rasa takutnya rendah maka dengan mudahnya dia
akan bermaksiat kepada Tuhannya.
Kebalikannya
seseorang yang berlebihan rasa harapnya akan menyebabkan dia mudah bermaksiat
dan jika rendah rasa harapnya maka dia akan mudah putus asa. Sedangkan
kedudukan cinta, maka cinta inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Sehingga diibaratkan bahwa kedudukan ketiga pilar ini dalam ibadah
bagaikan kedudukan seekor burung, dimana rasa takut dan harap sebagai kedua
sayapnya yang harus seimbang dan rasa cinta sebagai kepalanya yang merupakan
pokok kehidupannya.
***
Dari artikel Cinta, Takut dan Harap Kepada Alloh — Muslim.Or.Idnull
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Related Posts:
Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments: