Download this Blogger Template by Clicking Here!

Ad 468 X 60

Kamis, 13 Juni 2013

Sholawat Badar, Salah satu sejarah Sholawat di bumi pertiwi


oleh: Muhammad Noer
Shalawat badar adalah salah satu jenis shalawat yang berisi Rasulullah SAW dan para sahabat nabi Muhammad SAW yang gugur dalam perang Badar, demi memperjuangkan tegakknya Islam di muka bumi.

Sholawat ini diilhamkan oleh seorang Kyai asli Indonesia. Beliau bernama Kyai Ali mansur seorang cucuk dari KH Muhammad Siddiq dari Jember. 

Terciptanya sholawat ini lantaran keresahaan beliau memikirkan pergolakan politik yang ada di Indonesia, orang-orang PKI makin kuat di daerah pedesaan dan warga NU (Nahdiyin) mulai terdesak oleh segala intervensi yang dilakukan PKI. Dominasi kekuasaan PKI di Indonesia pun mulai terlihat,  mereka sudah mulai berani membunuh Kyai-Kyai yang ada di desa yang menjadi senantiasa menjaga, ngayomi dan bimbing masyarakat di pedesaan.

kegelisahan Kyai Ali mansur semakin memuncak dan pada suatu malam beliau bermimpi didatangi Habaib yang mengenakan jubah putih-hijau, pada waktu yang sama juga istri beliau juga melihat Rasulullah SAW dalam mimpinya. keesokan harinya, mimpinya itu ditanyakan oleh Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi, dan ditemukan jawaba bahwa orang dalam mimpi beliau tersebut adalah Mujahid dalam perang Badar,

Dua mimpi istimewa suami-istri ini menjadikan dirinya memperoleh ilham untuk menulis syair dan shalawat. Yang lebih aneh, esok harinya tetangga berdatangan membawa banyak bahan makanan, seolah-olah akan ada acara besar. Para tetangga ini bercerita bahwa pagi-pagi buta rumah mereka diketuk oleh orang-orang berjubah putih yang memberi tahu bahwa Kyai Ali Mansur akan ada kegiatan besar. Kyai Ali Mansur bingung karena tak punya hajatan besar apapun; namun para tetangga bergotong royong memasak di dapur sampai malam, siap-siap menyambut kedatangan tamu esok pagi.
Pagi hari, Kyai Ali Mansur duduk di rumahnya sambil bertanya-tanya siapa tamunya.. Lalu menjelang matahari muncul datanglah serombongan habaib dipimpin oleh Habib Ali ibn Abdurrahman al-Habsyi dari Kwitang, Jakarta.
Setelah mereka berbincang, Habib Ali Kwitang bertanya kepada Kyai Mansur;  “Mana syair yang ente buat kemarin? Mohon bacakan dan lagukan di depan kami semua!” Kyai Ali Mansur kaget karena Habib Ali tahu apa yang dikerjakannya kemarin malam, padahal beliau belum bercerita kepada siapapun dan lagipula baru kali ini Habib Ali Kwitang datang jauh-jauh dari Jakarta ke Banyuwangi.
Kyai Ali Mansur kemudian membacakan syair itu sambil dilagukan. Dan memang Kyai yang satu ini suaranya sangat bagus. Para habaib mendengarkan, dan tak lama kemudian mereka menangis. Selesai dibaca, Habib Ali Kwitang berdiri dan berkata, “Ya Akhi, mari kita lawan Genjer-genjer PKI dengan Shalawat Badar!” Kemudian Kyai Ali Mansur diundang ke Kwitang untuk mempopulerkan Shalawat Badar di sana.
Karena itulah bacaan Shalawat Badar ini sering dipakai dalam istigotsah dan sering diamalkan para santri yang sedang menghadapi berbagai kesulitan. Meski sebagian kalangan non-NU menganggap shalawat ini bid’ah, namun dalam kenyataannya, para Wali Allah tak menganggapnya bid’ah dan bahkan mengakui dan mengamalkannya, seperti dicontohkan oleh ulama besar Habib Ali Kwitang.
Mudah2an kita diberi kelapangan dan kemampuan oleh Allah untuk mengamalkannya, membebaskan segala duka cita kita lantaran berkah Rasul dan para pahlawan badar…



Lirik sholawat badar

Shalaatullaah Salaamul laah ‘Alaa Thaaha Rasuulillaah
Shalaatullaah Salaamulleah ‘Alaa Yaa Siin Habiibillaah

Tawassalnaa Bibismi llaah Wabil Haadi Rasuulillaah


Wakulli Mujaahidin Lillaah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

llaahi Sallimil Ummah Minal Aafaati Wanniqmah
Wamin Hammin Wamin Ghummah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

Ilaahi Najjinaa Waksyif Jamii’a Adziyyatin Wahrif
Makaa idal ‘idaa wal thuf Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

llaahi Naffisil Kurbaa Minal’Ashiina Wal’Athbaa
Wakulli Baliyyatin Wawabaa Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

Wakam Min Rahmatin Washalat Wakam Min Dzillatin Fashalat
Wakam Min Ni’matin Washalat Bi Ahlil Bailri Yaa Allaah

Wakam Aghnaita Dzal ‘Umri Wakam Autaita D’Zal Faqri
Wakam’Aafaita Dzal Wizri Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

Laqad Dlaaqat’Alal Oalbi Jamii’ul Ardli Ma’ Rahbi
Fa Anji Minal Balaas Sha’bi Bi Ahlil Badri Yaa A,llaah

Atainaa Thaalibir Rifdi Wajullil Khairi Was Sa’di
Fawassi’ Minhatal Aidii Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

Falaa Tardud Ma’al Khaibah Balij’Alnaa’Alath Thaibah

Ayaa Dzal ‘lzzi Wal Haibah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

Wain Tardud Faman Ya-Tii Binaili Jamii’i Haajaati
Ayaa jalail mulimmaati Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

llaahighfir Wa Akrimnaa Binaili Mathaalibin Minnaa
Wadaf i Masaa-Atin ‘Annaa Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

llaahii Anta Dzuu Luthfin Wadzuu Fadl-Lin Wadzuu ‘Athfin
Wakam Min Kurbatin Tanfii Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

Washalli ‘Alan Nabil Barri Bilaa ‘Addin Walaa Hashri
Wa Aali Saadatin Ghurri Bi Ahlil Badri Yaa Allaah

Arti dari Shalawat Badar atau Shalawat Badriyah :


Rahmat dan keselamatan Allah,
Semoga tetap untuk Nabi Thaaha utusan Allah,
Rahmat dan keselamatan Allah,
Semoga tetap untuk Nabi Yasin kekasih Allah’

Kami berwasilah dengan berkah “Basmalah”,
Dan dengan Nabi yang menuniukkan lagi utusan Allah,
Dan seluruh.orang yang beriuang .karena Allah,
Sebab berkahnya sahabat ahli badar ya Allah.

Ya Allah, semoga Engkau menyelamatkan ummat,
Dari bencana dan siksa,
Dan dari susah dan kesemPitan,
Sebab berkahnya sahabat ahli bariar ya Allah’

Ya AIlah semoga Engkau selamatkan kami dari semua yang menyakitkan,
Dan semoga Engkau (Allah) meniauhkan tipu dan daya musuh-musuh,
Dan semoga Engkau mengasihi kami,
sebab berkahnya sahabat Ahli Badar Ya Allah.

Ya Allah, semoga Engkau menghilangkan beberapa kesusahan
Dari orang-orang yang berma’siat dan semua kerusakan,
Dan semoga Engkau hitangkan semua bencana dan wabah penyakit’
Sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah

Maka sudah beberapa rahmat yang telah berhasil,
Dan sudah beberapa dari kehinaan yang dihilangkan,
Dan sudah banyak dari ni’mgt yang telah sampai,
Sebab berkahnya sahabal ahli Badar ya Allah’

Sudah berapa kati Engkau (Allah) memberi kekayaan orang yang makmur,
Dan berapa kati Engkau (Allah) memberi nikmat kepacla orang yang fakir,
Dan berapa kali Engkau (Allah) mengampuni orang yang berdosa,
Sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.

Sungguh hati manusia merasa sempit di atas tanah yang luas ini;
karena banyakhya marabahaya yang mengerikan,
Dan malapetaka yang menghancurkan,
semoga Allah menyelamatkan kami dari bencana yang mengerikan,
Sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.’

Kami datang dengan memohon pemberian/ pertolongan
Dan memohon agungnya kebaikan dan keuntungan
Semoga Allah meluaskan anugerah (keni’matan) yang melimpah-limpah.
Dari sebab berkahnya ahli Badar ya Allah.

Maka ianganlah Engkau (Allah) menolak kami menjadi rugi besar,
Bahkan jadikanlah diri kami dapat beramal baik, dan selalu bersuka ria.
Wahai Dzat yang punya keagungan (kemenangan) dan Prabawa,
Dengan sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.

Jika Engkau (Allah) terpaksa menolak hamba, maka kepada siapakah
kami akan datang mohon dengan mendapat semua hajat kami;
Wahai Dzat yang menghilangkan beberapa bencana dunia dan
akhirat, hilangkan bencana-bencana hamba
lantaran berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.

Ya Allah, semoga Engkau rnengampuni kami dan memuliakan
diri kami, dengan mendapat hasil beberapa permahonan kami, dan
menolak keburukan-keburukan dari kami,
Dengan mendapat berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.

Ya Allah, Engkaulah yang punya belas kasihan,
dan punya keutamaan (anugerah) lagi kasih sayang,
Sudah banyaklah kesusahan yang hilang,
Dari sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.

Dan semoga Engkau (Allah) melimpahkan rahmat kepada Nabi yang senantiasa berbakti kepada-Nya,
dengan limpahan rahmat dan keselamatan yang tak terbilang dan tak terhitung,
Dan semoga tetap atas para keluarga Nabi dan para Sayyid yang bersinar nur cahayanya,
sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah



Read More »

LOMBA DESAIN DAKWAH


Ikutilah ISLAMIC ART COMPETITION!!!
AYO TUNJUKKAN KEHEBATANMU!!! dalam lomba desain poster dakwah BERHADIAH!!!




Read More »

Rabu, 12 Juni 2013

SEJARAH YANG BENAR (Kiyai Wahab, NU Dan Khilafah: Sebuah Koreksi)

Ide tentang penegakan kembali khilafah, sebagaimana yang telah saya jelaskan dalam disertasi, disuarakan dengan sangat lantang dan nyaring oleh kelompok Islam kanan, utamanya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kelompok ini, seperti yang bisa disaksikan baik lewat tulisan, orasi ketika berdemonstrasi, selalu mengulang-ulang untuk menegakkan khilafah. Khilafah menjadi mainstream perjuangannya, bahkan ideologi politiknya, yang kata mereka akan manjur untuk mengatasi seluruh problem manusia di dunia ini.

Kelompok ini dengan semangat militan berupaya merekrut kader sebanyak-banyaknya, tak terkecuali kader dari ormas-ormas keagamaan baik NU maupun Muhammadiyah. Dalam upaya merekrut kader dari kalangan NU, mereka menggunakan berbagai argumen yang diharapkan agar kader-kader NU yang tulus dan lugu ini tertarik menjadi pengikutnya. Nampaknya, argumen-argumen yang dikemukakan oleh aktivis HTI juga dapat memikat kader NU, terbukti beberapa kader NU menjadi anggota Hizbut Tahrir (termasuk penulis yang dulu juga pernah menjadi anggota Hizbut Tahrir).

Argumen yang dijadikan pijakan oleh aktivis HTI untuk menundukkan kader dan warga NU paling tidak ada dua: pertama; argumen historis kelahiran NU. Salah seorang aktivis HTI, Irkham Fahmi dalam tulisannya, “Membongkar Proyek Demokrasi ala PBNU abad 21” menjelaskan bahwa cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama adalah cita-cita agung para ulama nusantara yang tertuang dalam komite khilafah Indonesia. Selanjutnya Irkham Fahmi menegaskan bahwa KH. Sholahuddin Wahid mengakui keabsahan sejarah ini, sekalipun Gus Sholah menolak relevansi khilafah dengan Indonesia. Masih banyak lagi tulisan-tulisan sejenis apabila kita berselancar di internet seperti judul, “KH. Abdul Wahab Hasbullah, Tokoh NU & Inisiator Konferensi Khilafah 1926,” atau judul, “NU, NKRI dan Khilafah,” demikian pula judul, “Warga NU Rindu Syariah dan Khilafah,” judul lain, “Respon NU atas Runtuhnya Khilafah,” bahkan tidak hanya mencatut NU, tapi juga ormas Islam lain seperti judul, “Generasi Awal Muhammadiyah & NU Ternyata Pendukung Khilafah.” Basis argumen dari semua judul di atas adalah masalah komite khilafah.

Untuk menjawab argumen di atas, secara historis memang pernah terbentuk apa yang disebut komite khilafah atau CCC (Central Comite Chilafah). Namun yang perlu diklarifikasi adalah, komite ini bukan dibentuk Mbah Wahab, tapi bentukan berbagai kelompok Islam (SI, Muhammadiyah, al-Irsyad, PUI, dll) yang pada waktu itu mempunyai suara mayoritas. Sekalipun bisa jadi Mbah Wahab dan ulama lain dari kalangan pesantren pernah diajak untuk masuk komite ini. Bukti bahwa komite khilafah bukan bentukan Mbah Wahab dan para ulama pesantren adalah pada kongres-kongres selanjutnya para ulama ini tidak mengikutinya.
Justeru yang perlu ditegaskan, selain ada komite khilafah, terdapat komite Hijaz yang memang genuine atau asli bentukan para ulama pesantren yang nantinya bergabung dengan NU. Komite Hijaz ini lahir, selain tidak sepahamnya Mbah Wahab dengan misi komite khilafah, juga karena kurang aspiratifnya komite ini, juga semangat memperjuangkan tradisi ala ulama seperti ziarah kubur, merayakan maulid Nabi, berislam dengan cara bermazhab agar tidak diberangus oleh kelompok al-Saud atau Wahhabi yang saat itu sampai sekarang berkuasa di Hijaz dan sekitarnya.

Komite Hijaz inilah salah satu cikal bakal kelahiran NU. Akhirnya menjadi tidak benar kalau cikal bakal kelahiran NU adalah dari komite khilafah yang berusaha melakukan pertemuan internasional untuk membahas runtuhnya Turki Utsmani.

Argumen kedua diambilkan dari teks-teks khilafah dalam kitab kuning. Para aktivis HTI memahami bahwa ulama dan kader NU sangat mencintai kitab kuning yang ini dibuktikan dengan diajarkannya kitab-kitab tersebut di pesantren-pesantren NU, sekaligus kitab-kitab ini menjadi rujukan dalam bahtsul masail NU ketika menghadapi suatu masalah baru dalam keagamaan. Salah seorang penulis dan aktivis HTI, Musthafa A. Murtadlo menulis sebuah buku saku untuk memperkuat argumentasi khilafah dengan mengumpulkan pendapat-pendapat para ulama salaf tentang hal tersebut. Inti dari buku saku tersebut adalah semua ulama salaf dalam kitab kuning yang menjadi rujukan NU mendukung ide khilafah. Lihat Musthafa A. Murtadlo, Aqwal Para Ulama’ Tentang Wajibnya Imamah (Khilafah).

Argumen kedua ini kalau tidak dicermati secara jeli, maka para kader NU yang tulus dan bergelut dengan kitab kuning akan sangat mempercayainya kemudian mengapresiasi atau bahkan ikut HTI. Namun yang perlu diketahui bahwa konsep atau pemikiran tentang kepemimpinan umat Islam dari para ulama salaf tersebut tidak sama persis dengan yang ditelorkan oleh Hizbut Tahrir.

Selain itu, dalam kitab-kitab klasik tersebut hampir semua tema besarnya menyebut kata al-imamah atau al-imam al-a’zhom. Penyebutan khilafah lebih jarang, hal ini berbeda dengan Hizbut Tahrir yang lebih sering menyebut khilafah sebagai jargón perjuangannya. Bisa diambil contoh dalam kitab-kitab klasik mazhab al-Syafi’i seperti kitab al-Umm juz 1/188 karya al-Syafi’i, al-Ahkam al-Sulthaniyyah, hal. 5 karya al-Mawardi, Rawdhat al-Thalibin wa ‘Umdat al-Muttaqin juz 10/42 karya al-Nawawi, Minhaj al-Thalibin juz 1/292 karya al-Nawawi, Asna al-Mathalib juz 19/352 karya Zakariya al-Anshari, Fath al-Wahhab juz 2/187 karya Zakariya al-Anshari, Minhaj al-Thullab juz 1/157 karya Zakariya al-Anshari, Tuhfat al-Muhtaj juz 9/74 karya Ibn Hajar a-Haytami, Mughni al-Muhtaj juz 5/409 karya Ahmad al-Khathib al-Syarbini, Nihayat al-Muhtaj juz 7/409 karya al-Ramli.

Terakhir dan yang terpenting, untuk menjawab argumen yang kedua sekaligus memperkuat bantahan untuk argumen yang pertama. Kalau para kader NU yang hidup sekarang ini ketika memahami teks-teks kitab kuning tentang imamah atau imam a’zhom tidak melewati model pemahaman sekaligus “bertawassul” lewat Mbah Wahab (KH. Wahab Hasbullah), maka akan mudah tertarik untuk ikut memperjuangkan khilafah ala HTI.

Perlu diketahui, Mbah Wahab dalam pidatonya di parlemen pada tanggal 29 Maret 1954 yang dimuat dalam majalah Gema Muslimin (copy arsip ada di penulis) dengan judul, “Walijjul Amri Bissjaukah” mengatakan,
“Saudara2, dalam hukum Islam jang pedomannja ialah Qur’an dan Hadits, maka di dalam kitab2 agama Islam Ahlussunnaah Waldjama’ah jang berlaku 12 abad di dunia Islam, di situ ada tertjantum empat hal tentang Imam A’dhom dalam Islam, jaitu bahwa Imam A’dhom di seluruh dunia Islam itu hanja satu. Seluruh dunia Islam jaitu Indonesia, Pakistan, Mesir, Arabia, Irak, mupakat mengangkat satu Imam. Itulah baru nama Imam jang sah, jaitu bukan Imam jang darurat. Sedang orang jang dipilih atau diangkat itu harus orang jang memiliki atau mempunyai pengetahuan Islam jang semartabat mudjtahid mutlak. Orang jang demikian ini sudah tidak ada dari semendjak 700 tahun sampai sekarang…. Kemudian dalam keterangan dalam bab jang kedua, bilamana ummat dalam dunia Islam tidak mampu membentuk Imam A’dhom jang sedemikian kwaliteitnja, maka wadjib atas ummat Islam di-masing2 negara mengangkat Imam jang darurat. Segala Imam jang diangkat dalam keadaan darurat adalah Imam daruri……..Baik Imam A’dhom maupun daruri, seperti bung Karno misalnja, bisa kita anggap sah sebagai pemegang kekuasaan negara, ialah Walijjul Amri.”

Pidato Mbah Wahab di atas setidaknya dapat ditarik tiga pemahaman: pertama, bahwa mengangkat kepemimpinan tunggal dalam dunia Islam baik yang disebut dengan imamah maupun khilafah sudah tidak mungkin lagi karena syarat seorang imam yang setingkat mujtahid mutlak menurut Mbah Wahab sudah tidak ada lagi semenjak 700 tahun sampai sekarang. Kedua, dari pidato tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa presiden Indonesia berikut NKRI adalah sah secara hukum Islam. Ketiga, pidato ini sekaligus menafikan pendapat bahwa Mbah Wahab bercita-cita menegakkan kembali khilafah dengan membentuk komite khilafah, karena terbukti Mbah Wahab menjelaskan bahwa sudah 700 tahun tidak ada orang yang setingkat mujtahid untuk menduduki kursi sebagai Imam atau khalifah.

Lantas, apa ratio legis Mbah Wahab dengan mengajukan argumen bahwa khilafah sudah tidak mungkin lagi karena syarat seorang imam yang setingkat mujtahid mutlak sudah tidak ada lagi sejak 700 tahun. Kalau kita membuka lembaran kitab kuning semisal al-Ahkam al-Sulthaniyyah karya Imam al-Mawardi, di situ dijelaskan bahwa ahlul imamah (orang yang berkualifikasi menjadi imam) harus memenuhi syarat adil, berilmu yang mampu untuk berijtihad, selamatnya pancaindera dan fisik dari kekurangan, wawasan kepemimpinan yang luas, keberanian dan nasab Quraisy. Poin tentang berilmu yang mampu untuk berijtihad inilah nampaknya yang dijadikan pijakan Mbah Wahab.

Menarikanya lagi, dalam pidato tersebut, Mbah Wahab menjelaskan lebih lanjut bahwa karena syarat menjadi imam a’dhom (seperti dalam al-Mawardi) sudah tidak terpenuhi, maka Soekarno absah menjadi pemimpin RI dengan gelar waliyyul amri ad-daruri bissyaukah. Artinya syarat pemimpin yang ideal diturunkan menjadi syarat minimal realistis. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan lain bahwa Gus Dur yang mempunyai kekurangan fisik juga absah menjadi presiden, karena memang presiden tidak sama dengan imam a’dhom sehingga syarat ideal seperti dalam al-Mawardi tidak diperlukan.

Dari uraian singkat di atas, warga dan kader NU sudah tidak perlu lagi terlibat dengan ikut memperjuangkan ide khilafah. Justeru yang penting adalah mengisi NKRI supaya bersih dari korupsi dan menjadi negara yang adil dan sejahtera. Di luar itu, soal kepemimpinan akhir zaman yang mengglobal, kita serahkan saja kepada a waited savior yang dipercaya oleh semua agama dengan berbagai sebutannya: al-Mahdi (Islam), Christos/Christ (Kristen), Ha-Mashiah (Yahudi), Buddha Maytreya (Budha), Kalki Avatar (Hindu), atau Shousyant (Majusi/Zoroaster). Terlebih hadis yang menjelaskan tentang Imam Mahdi ini mutawatir tidak seperti hadis tentang khilafah (Lihat kitab Nazhmul Mutanatsir minal Haditsil Mutawatir karya Syekh Muhammad bin Ja’far Al- Kattani, dan Asy-Syaukani yang berjudul At-Taudhih Fi Tawaturi Maa Ja-a Fil Mahdil Muntazhor wad-Dajjal wal-Masih). Dengan cara demikian, rakyat Indonesia tidak akan terpecah pikiran dan energinya untuk membongkar NKRI, tapi justru membangunnya demi keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian untuk semua warga bangsa. Wallahu a’lam.

Dr. H. Ainur Rofiq Al-Amin, SH, M.Ag
(Dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang, dan penulis buku Membongkar Proyek Khilafah ala HTI di Indonesia)



Read More »

Sabtu, 08 Juni 2013

Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Sebuah perjalanan yang penuh makna

oleh: Muhammad Noer

Isra' Mi'raj adalah sebuah perjalanan suci yang dilakukan oleh orang terbaik yang pernah hidup di muka bumi ini. Perjalanan yang tak satupun manusia mampu melakukannnya kecuali atas izin Allah SWT.

Secara istilah Isra' diartikan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah al Mukaromah menuju ke Masjidil Aqsa di Palestina pada malam hari yang bertepatan dengan malam 27 Rajab satu tahun sebelum Hijrahnya Nabi ke Madinah.

Sedangkan Mi'raj menurut Istilah adalah adalah naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsha ke langit sampai ke Sidrat al-Muntaha, terus sampai ke tempat yang paling tinggi untuk menghadap kepada Allah. Pada malam 27 Rajab. Mi’raj adalah kelanjutan dari Isra’ yang dikerjakan oleh Rasulullah saw, kedua-duanya dalam waktu satu malam.

Perjalanan agung ini diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat pertama:



Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

Perjalanan Isra’ Mi’raj ini bukanlah kehendak Nabi Muhammad SAW dan bukan karena kemampuan manusiawi beliau. Karena secara fisik beliau adalah sama, yakni manusia namun secara derajat beliau sangatlah mulia sehingga atas kehendak Allah SWT beliau melakukan perjalanan menerobos ruang dan waktu yang tak mungkin bisa dilakukan oleh manusia lain.

Banyak riwayat menyebutkan bahwa dalam perjalanan Isra’ mi’raj tersebut beliau ditemani Ruhul Qudus (malaikat Jibril) dengan mengendarai buraq. Kendaraan yang melesat seperti kecepatan kilat. Nabi SAW juga menjelaskan kendaraannya tersebut dalam sebuah hadits:

Di dalam hadis riwayat Imam Muslim yang nama lengkapnya al-Imam abi al-Husein Muslim ibn Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi al-Nisaburi, di dalam kitabnya al-Jami’ al-Sahih juz I halaman 99, yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik, ia berkata: adalah Rasulullah SAW. bersabda: didatangkan kepadaku Buraq, yaitu hewan (dabbah) yang berwarna putih (abyadh), bertubuh panjang (thawil), lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dan sekali ia menjejakkan kakinya yang berkuku bergerak sejauh mata memandang.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa:
Imam Jalaluddin al-Suyuti mengatakan, “Abu al-Fadhal bin Umar…. Dari Qonan bin Abdullah al-Nuhmi dari Abu Tibyan al-Janbi dari Abu ‘Ubaidah, yaitu Abdullah bin Mas’ud, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
 ” Jibril mendatangiku dengan seekor hewan yang tingginya di atas keledai dan di bawah baghal, lalu Jibril menaikkanku di atas hewan itu kemudian bergerak bersama kami, setiap kali naik maka kedua kakinya yang belakang sejajar dengan kedua kaki depannya, dan setiap kali turun kedua kaki depannya sejajar dengan kedua kaki belakangnya”
(al-Said ‘Alawi al-Maliki al-Hasani di dalam kitabnya al-Anwar al-Bahiyyah min Isra’ wa Mi’raj Khair al-Bariyyah, halaman 111)

Perjalanan dengan Buraq tersebut dimulai, dan di tengah perjalanan Rasulullah diminta turun oleh malaikat jibril. Jibril berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.
Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?”
“tidak tahu”, kata Rasul.
“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.
Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.

Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasul bertanya : “Siapakah mereka ?”
“Saudaramu para Nabi dan Rasul”.
Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

Di dalam perjalanan beliau menuju ke Sidratul muntaha, Rasulullah SAW bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya. Pada saat naik ke langit pertama Beliau SAW bertemu dengan nabi Adam AS, pada langit ke-2 Beliau bertemu dengan nabi Isa dan Yahya AS, naik ke langit ke-3 bertemu dengan nabi Yusuf AS, langit ke-4 bertemu dengan nabi Iddris AS, langit ke-5 bertemu nabi Harun AS, pada langit ke-^ bertemu nabi Musa AS, sedangkan pada langit ke-7 Beliau bertemu dengan nabi Ibrahim AS.

Dan pada saat Isra’ mi’raj tersebut Rasulullah SAW dapat melihat malaikat Jibril dalam wujud Aslinya seperti di jelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya:

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).

Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milikAllah, segala Rahmat dan kebaikan“.
Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“.
Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima perintah ibadah shalat“.

Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan ummatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.

“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.
Kemudian Rasul turun ke Sidratul Muntaha.

Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”.
Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu.

Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang mata belum pernah melihat, telingan belum pernah mendengar dan tidak terlintas dihati manusia semuanya masih kosong dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat Rasul kagum untuk seperti inilah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.

Tujuan dari Rasulullah SAW di perjalankan saat Isra’ Mi’raj ini tidak lain adalah untuk menerima perintah sholat, seperti termaktub dalam QS. Al-Isra’ ayat 78

“Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”


Masya Allah, betapa agungnya perintah Shalat ini, karena Allah SWT langsung menyampaikan perintah tersebut langsung kepada Rasulullah, tanpa adanya perantara (malaikat jibril) seperti perintah atau wahyu-wahyu yang lain

Read More »

Desain X-Banner dan Spanduk karya saudara-saudara di Lembaga Dakwah FKUB

Inilah beberapa hasil karya saudara-saudara kami yang ada di LDF FKUB, ane rangkum jadi 1 postingan, semoga masih bisa menjadi amal bagi yang buat dan menjadi inspirasi bagi yang melihatnya...
aamiin ya Rabh




Read More »

Sabtu, 01 Juni 2013

Dosen Liberal, (Ambil Pelajaran !!!)


Dosen: "Saya bingung. Banyak Umat Islam di seluruh dunia lebay. Kenapa harus protes dan demo besar-besaran cuma karena tentara amerika menginjak, meludahi dan mengencingi Al-Quran? Wong yang dibakar kan cuma kertas, cuma media tempat Quran ditulis saja kok. Yang Qurannya kan ada di Lauh Mahfuzh. Dasar ndeso. Saya kira banyak muslim yang mesti dicerdaskan."


Meskipun pongah, namun banyak mahasiswa yang setuju dengan pendapat dosen liberal ini. Memang Qur'an kan hakikatnya ada di Lauh Mahfuz.
Tak lama sebuah langkah kaki memecah kesunyian kelas. Sang
mahasiswa kreatif mendekati dosen kemudian mengambil diktat kuliah si dosen, dan membaca sedikit sambil sesekali menatap tajam si dosen.
Kelas makin hening, para mahasiswa tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.



Mahasiswa: "Wah, saya sangat terkesan dengan hasil analisa bapak yg ada disini."ujarnya-­ sambil membolak balik halaman diktat tersebut.



"Hhuuhhh...."semua orang di kelas itu lega karena mengira ada yang tidak beres.



Namun Tiba-tiba sang mahasiswa meludahi, menghempaskan dan kemudian menginjak-injak-­ diktat dosen tersebut. Kelas menjadi heboh. Semua orang kaget, tak terkecuali si dosen liberal.



Dosen: "kamu?! Berani melecehkan saya?! Kamu tahu apa yang kamu lakukan?! Kamu menghina karya ilmiah hasil pemikiran saya?! Lancang kamu ya?!"



Si dosen melayangkan tangannya ke arah kepala sang mahasiswa kreatif, namun ia dengan cekatan menangkis dan menangkap tangan si dosen.



Mahasiswa: "Marah ya pak? Saya kan cuma nginjak kertas pak. Ilmu dan pikiran yang bapak punya kan ada di kepala bapak. Ngapain bapak marah kalau yang saya injak cuma media buku kok. Wong yang saya injak bukan kepala bapak. Kayaknya bapak yang perlu dicerdaskan ya??"



Si dosen merapikan pakaiannya dan segera meninggalkan kelas dengan perasaan malu yang amat sangat. Cepeek deeh..!!



"Itulah salah satu hukuman langsung dri Allah Ta'ala bagi siapa saja yang ingin mempermainkan atau mencaci maki Agama-Nya."






Pelajaran yang sangat berharga dari kisah di atas:



Tanamkanlah Aqidah yang benar kepada buah hati anda, Aqidah yang bersumber dari mata air yang Murni, yang tidak tercampur dengan kotoran Syirik, Bid'ah dan Khurafat, Yaitu Al Qur'an dan Sunnah Nabi -Shallallahu Alaihi wa Sallam- sesuai dengan pemahaman para As Salaf As Shaleh (Sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in serta para ulama yang meniti jalan mereka).



Dengan Aqidah dan keyakina yang benar, Allah Ta'ala akan menjaga seseorang dari penyimpangan, baik lahir dan batin.



Semoga Allah Ta'ala menunjukkan kepada kita kebenaran adalah kebenaran, serta memudahkan kita untuk mengikutinya, dan memperlihatkan kepada kita yang batil itu adalah sebuah kebatilan, serta memudahkan kita untuk menjauhinya, karena betapa banyak org yang tau itu kebenaran, namun Allah Ta'ala tdk mmberikannya hidayah utk mengikutinya, dan betapa banyak 
org yg tau bahwa itu kebathilan, namun dia tidak diberikan hidayah untuk menjauhinya.



Mintalah kepada Allah Ta'ala hidayah Taufiq, agar dimudahkan untuk istiqamah di atas kebenaran. 

Read More »

Minggu, 26 Mei 2013

Ukhti, kemanakah rasa malu?.

oleh Mira Arista

Dengan nama Allah Yang Maha Rohman Maha Rohim..

Semua perasaan condong kepadanya, perbuatan harom pun banyak terjadi karenanya. Mengundang terjadinya pembunuhan dan permusuhan juga disebabkan karenanya. Sekurang-kurangnya ia sebagai insan yang disukai di dunia. Kerusakan mana yang lebih besar daripada ini?
Begitulah Al-Imam Al-Mubarokfuri _rohimahulloh_ menjelaskan tentang bahaya fitnah wanita dalam At-Tuhfah Al-Ahwadzi 8/53.

Tengoklah ukhti, begitu dahsyatnya fitnah yang disebabkan oleh kaum kita. Tegakah kita merusak generasi, menjadi penyebar fitnah dan menjadi penyebab para pemuda tergelincir dalam kema'siatan?

Wahai Saudariku..,
Untuk apa engkau berhias dan berdandan ketika keluar rumah?
Untuk apa engkau memamerkan 'aurotmu dihadapan umum?
Untuk apa engkau memakai pakaian yang sempit, pendek dan transparan?
Untuk apa engkau percikkan minyak wangi ke tubuhmu?
Dan untuk apa engkau memasang foto wajahmu di internet??

Agar dapat tampil percaya dirikah.. Takut tak terlihat modis dan gaulkah.. Ingin terlihat aduhai-kah.. Supaya orang-orang dapat mencium wangi tubuhmu-kah.. Dan agar semua orang dapat melihat dan menikmati keindahanmu?

Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya :
"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Rosulullah Shollallohu 'Alayhi Wasallam juga bersabda, yang artinya,
"Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakikatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk."

Di dalam hadits lain terdapat tambahan,
"Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan memperoleh baunya, padahal bau surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian."
[Dikeluarkan oleh Ath-Thobroni dalam Al-Mu'jam Ash-Shogir hal. 232, dari hadits Ibnu 'Amru dengan sanad shohih. Sedangkan hadits yang lain tersebut dikeluarkan oleh Muslim dari riwayat Abu Hurairoh]

Juga tak sedikit dari para wanita berjilbab yang tampil menor dengan make-upnya. Dilengkapi dengan minyak wangi yang begitu menyengat hidung.
Aduhai, betapa bahagia dan senangnya mereka karena dapat tampil PD di depan umum dan mendapat banyak sanjungan dengan itu semua. Tapi, apakah mereka masih dapat merasa bangga dan berbahagia bila mereka dikatakan pezina?!?!

Hikss.. Ana merinding


Teruntuk akhwat facebookers..
Kepada anti yang masih doyan upload, pajang dan pamer wajah di internet,

"Apa tujuan anti memperlihatkan foto wajah anti??"

Bukankah Alloh tlah memerintahkan bagi wanita-wanita dan laki-laki yang beriman untuk menundukkan pandangannya?
Apakah kita tlah termasuk dari hamba-hamba Alloh yang beriman?

Janganlah kita menyalahkan lelaki yang tak mampu menjaga pandangannya, sebab justru kitalah yang punya andil besar dalam hal ini.

Ukhti..,
wajah yang anti pasang di dunia maya dapat dengan mudah dilihat, di ambil dan disimpan oleh siapapun.
Lalu bagaimana bila lelaki tersebut tertarik pada anti, mengambil foto wajah anti dan menympannya??
Dan bagaimana dengan laki-laki yang beriman yang kalah oleh anti dan menjadi kotor hatinya karena melihat foto anti?


Siapkah kita mempertanggungjawabkan ini semua kelak dihadapanNya????



Read More »